Tuesday 2 June 2015

Surat Untuk Tuhan

Aku tidak tahu apakah Kau mengenalku, tapi ayah dan ibuku selalu bilang bahwa Tuhan selalu siaga dan tahu betul apa yang ada di benak setiap ciptaannya, dalam kata lain, tidak mungkin Tuhan tidak kenal dengan diriku. Ayah dan ibuku adalah orang-orang terdekat yang sangat aku percayai, tapi entah mengapa aku khawatir doaku yang setiap malam ku panjatkan padaMu kurang menarik perhatian, atau pengaduanku kurang pantas untuk Kau gubris. Namun, aku masih berharap, Kau betul-betul mengenalku dan mendengar jeritan jiwaku.

Sejak kecil, ayah dan ibuku adalah orangtua yang sangat menyayangiku. Mereka tak pernah lupa untuk mengajariku tentang segala persoalan hidup dan cara-cara melewatinya. Mereka juga merupakan orang-orang yang sangat taat dalam beribadah dan menjalankan perintahMu. Kedua orangtuaku adalah orang-orang yang aku kagumi. Segala ajaran agamaMu yang mereka tanamkan padaku sejak kecil, aku jalani sepenuh hati, tanpa pamrih, di saat bahagia maupun duka tak pernah aku lupa untuk mengingatMu, ya Tuhan. Rumah kami selalu dihiasi oleh suara pujian-pujian dan doa-doa yang tak pernah terputus, bahkan saat semua tertidur pujian-pujian dan doa-doa itu masih disuarakan dalam hati tiap orang-orang rumah yang tidur dalam tenang.

Setiap hari aku tidak pernah lupa untuk berdoa dan berbuat baik. Aku berdoa dengan tata cara yang sebaik-baiknya dan persis dengan apa yang sudah diajarkan orangtua dan guru-guru agamaku sejak kecil. Aku juga selalu beramal baik seperti nasihat orangtua dan guru-guru agamaku. Mereka bilang, amal yang baik akan melancarkan segala persoalan, meringankan beban, bahkan menghapus dosa. Segala ajaran dari agamaMu sudah menjadi pedoman hidup yang utama bagiku. Entah bagaimana aku bisa begitu yakin, tapi seiring berjalannya waktu aku semakin mempercayaiMu dan memujaMu. Segala hal yang aku lakukan dalam hidupku, aku lakukan dengan sepenuh hati karena aku percaya bahwa pada akhirnya hidup ini adalah pengabdian untukMu, ya Tuhan.

Setiap aku merasa gusar dan terpuruk, orangtuaku selalu mengingatkanku untuk menyebut namaMu, kata mereka dengan begitu hatiku akan menjadi lebih tenang. Di saat aku merasa tak berdaya dan butuh pertolongan, orangtuaku selalu mengajarkanku untuk segera mengingatMu, berdoa, memohon pertolongan kepadaMu, karena hanya Engkaulah maha penolong lagi maha menghendaki. Ketika Engkau berkehendak, maka terjadilah. 

Seumur hidupku, aku telah melewati berbagai cobaan dan kesulitan, dan seperti apa yang selama ini sudah diajarkan kepadaku, aku selalu berpaling kepadamu untuk mohon pertolongan dan ampunan. Kini, setelah bertahu-tahun hidup sebagai lelaki dewasa, akhirnya aku sampai kepada pergejolakan batin yang tidak bisa aku atasi. Aku menderita dan menyedihkan.

Aku tidak pernah punya maksud untuk menjadi pendosa, tapi ada sesuatu dalam diriku yang tidak bisa aku tolak. Sesuatu yang bertentangan dengan agamaMu. Sesuatu yang sangat tabu. Sesuatu yang memalukan bagi keluargaku. Aku sangat taat dalam menjalankan perintahMu, aku tidak pernah lupa beramal baik, aku tidak pernah sekalipun melewatkan waktu untuk beribadah, aku sangat menghormati kedua orangtuaku, kepada orang asing pun aku tetap hormat dan tak pernah punya niatan jahat. Akan tetapi, ada suatu kebutuhan dalam diriku yang bertentangan dengan agamaMu. Bukan sekedar kebutuhan, tapi aku merasa memang seharusnya begitu. Ada sesuatu yang tidak sesuai dan ingin ku benahi, tapi membenahinya merupakan dosa, bahkan memikirkannya saja sudah dosa. 

Ya Tuhan, apakah aku ini sebenarnya? 

Setiap malam aku menangis dalam setiap jeritan doaku padaMu. Doaku yang penuh tanya dan cita-cita yang tak bisa aku pendam. Aku ingin jadi perempuan. Aku adalah perempuan. Tapi, aku bingung, apakah aku sedang dipengaruhi setan? Akan tetapi, aku sudah merasa begini bahkan sebelum aku mengenal dunia. Ya Tuhan, aku tidak bermaksud mengkhianatiMu, aku hanya berusaha jujur. Bayang-bayang nerakaMu selalu menghantui, tapi aku tetap tak sudi melepas fakta bahwa aku sebenarnya adalah seorang perempuan. Namun, bukankah Engkau maha penolong dan maha menghendaki? Dan hanya Engkau yang paling pantas menjadi tempat berpaling di saat hati dilanda gundah gulana?

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku percaya, Engkaulah penolongku yang maha menghendaki segalanya bahkan yang mustahil bagi manusia sekalipun. Aku percaya akan keberadaanMu. Aku yakin pengabdianku selama ini untukMu bukanlah wacana semata. Oh Tuhan, tolong aku.

Aku menjerit, menangis, berdoa, memohon kepadamu, jadikan aku perempuan yang seutuhnya, dan jika memang aku lelaki, tolong hentikan cobaan ini, aku sudah tidak tahan lagi. Aku mengerti permohonanku sangat tidak masuk akal, permohonanku bertentangan dengan takdir lahirku. Tapi bukankah Engkau yang maha menghendaki? Ketika Engkau berkehendak maka terjadilah, begitu kan? Aku sangat bingung, apakah aku berdosa untuk memohon hal yang sedemikian rupa kepadaMu? Tapi aku tidak tahu lagi harus berlari kemana, di dunia ini, yang aku tahu maha menghendaki segala-galanya hanyalah Engkau. Tolong aku, ya Tuhan.

Ya Tuhan, Engkaulah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Engkaulah yang maha menolong dan maha menghendaki. Ya Tuhanku yang maha menghendaki segala-galanya, kabulkanlah permohonanku. Aamiin.


Tertanda,
Waria pasar ikan


-Arjen L. Melkior

No comments:

Post a Comment