Wednesday 11 March 2015

Mata dan Mata

Mata dan mata bergerak, tertatih, seakan masih ada sedikit sinar yang mereka rindukan. Mata dan mata itu berhamburan dimana-mana. Sesekali aku berpapasan dengan satu dua pasang, dan mata-mata itu menyapa dengan bersitan sinar angan dari balik iris mereka.

"Maaf." Ujar mataku, dengan rasa bersalah karena tak mampu membalas sinar  mata dan mata itu dengan balasan yang setimpal.

"Maaf, yang ada di balik kedua lensa mata ini hanya bayangan yang menari-nari dengan segala asa yang tersisa."

"Maaf, yang kupunya tak sebanding dengan sinar angan yang menari-nari di balik lensa mata dan mata itu." Maka karena tidak tega, kepalaku menunduk, melindungi mata dan mata yang malu-malu.

"Dasar pemalu." Protes hidungku yang dengan sombong tetap menjulang walau kepala tertunduk.

Sebuah suara dari dalam benakku menimbrung dengan lembut, "dia bukan pemalu, dia sedih."

Dan mereka semua, bungkam.


Arjen L. Melkior
Jakarta, 2015

No comments:

Post a Comment